KEBUTUHAN
KENYAMANAN
1.
Pengertian
Kenyamanan
Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan.
Donahue (1989) meringkaskan ”melalui rasa nyaman dan tindakan untuk
mengupayakan kenyamanan perawat memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan,
dorongan dan bantuan.”
Berbagai teori keperawatan menyatakan kenyamanan sebagai
kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan.
Konsep kenyamanan memiliki subjektifitas yang sama dengan
nyeri. Setiap individu memiliki karakteristik fisiologis, sosial, spiritual,
psikologis, dan kebudayaan yang mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan
dan merasakan nyeri. Kolcaba (1992) mendefinisikan kenyamanan dengan cara yang
konsisten pada pengalaman subjektif klien.
Kolcaba mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhi
kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman
(suatu kepuasan yang meningkatkan penampilas sehari-hari), kelegaan (kebutuhan
telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah
/ nyeri).
Suatu cara pandang holistik tentang kenyamanan membantu
dalam upaya mengidentifikasi empat konteks :
•
Fisik, berhubungan dengan sensasi
tubuh.
•
Sosial, berhubungan dengan hubungan
interpersonal, keluarga, dan sosial.
•
Psikospiritual, berhubungan dengan
kewaspadaan internal dalam diri sendiri, meliputi harga diri, seksualitas, dan
makna kehidupan.
•
Lingkungan, berhubungan dengan latar
belakang pengalaman eksternal manusia: cahaya, bunyi, temperatur, warna dan
unsur-unsur alamiah.
2.
Sifat
Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar
sensasi tunggal yang di sebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat
subjektif dan sangat individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang
bersifat fisik atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan
aktual atau pada fungsi ego seseorang ( Mahon, 1994 ) Mahon menemukan 4 atribut
untuk pengalaman nyeri yaitu :
•
Nyeri bersifat individu
•
Tidak menyenangkan
•
Merupakan suatu kekuatan yang
mendominasi
•
Bersifat tidak berkesudahan
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk
melindungi diri. Apabila seseorang merasakan nyeri, maka perilakunya akan
berubah. Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan,
yang harus menjadi pertimbangna utama keperawatan saat mengkaji nyeri ( Clancy
dan Mc Vicar , 1992. ).
3.
Fisiologi
Nyeri
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku.
Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut syaraf perifer.
Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa
rute saraf dan akhirnya sampai di dalam massa berwarna abu-abu di medula
spinalis. Seorang klien yang sedang merasakan nyeri, tidak dapat memedakan
komponen-komponen tersebut. Akan tetapi, dengan memahami setiap komponen,
perawat akan terbantu dalam mengenali faktor-faktor yang dapat menmbulkan
nyeri, gejala yang menyertai nyeri, dan rasional serta kerja terapi yang
dipilih.
4.
Faktor-Faktor
Yang Berpengaruh Pada Nyeri
Nyeri merupakan
sesuatu yang komplek, banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman nyeri individu
antara lain :
•
Usia
Perbedaan perkembangan usia akan mempengaruhi nyeri. Misal
anak dan lansia akan berbeda dalam memahami nyeri. Untuk anak pasti akan lebih
kesulitan dalam mengekspresikan nyeri
kepada orang tua maupun orang lain (tenaga medis)
•
Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak terlalu berbeda dalam
merespon nyeri. Menurut Gil (1990).
•
Kebudayaan
Keyakinan dan nilai- nilai budaya mempengaruhi cara individu
dalam mengatasi nyeri (Calvillo & Flaskerud 1991). Misalnya : Seorang klien
berkebangsaan Meksiko-Amerika yang menangis keras tidak selalu mempersepsikan
pengalaman nyeri sebagai sesuatu yang berat atau mengharapkan perawat melakukan
intervensi (Calvillo & Flaskerud 1991).
•
Makna Nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi
pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
•
Perhatian
Perhatian Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya
terhadap nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat
dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan (Distraksi)
dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun (GIL.1990).
•
Anxietas
Anxietas sering kali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi
nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan anxietas.
•
Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan sensari nyeri semakin intensif
dan menurunkan kemampuan koping, Apabila keletihan disertai kesulitan tidur
maka persepsi nyeri bahkan dapat terasa lebih berat lagi.
•
Pengalaman sebelumnya
Apabila individu sudah lama sering mengalami episode nyeri
tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat maka anxietas / bahkan rasa
takut dapat muncul sebaliknya apabila indivu mengalami nyeri dengan jenis yang
sama berulang-ulang tetapi kemudian nyeri tersebut dengan berhasil dihilangkan
akan lebih mudah bagi individu tersebut untuk menginterpretasikan sensasi
nyeri.
•
Gaya Koping
Dukungan keluarga dan sosial
5.
Upaya-Upaya
Untuk Meningkatkan Rasa Nyaman
1.
Secara Holistik: accupressure.
2.
Non Farmakologis: komunikasi
terurapetik yang diberikan perawat sebelum melakukan tindakan keperawatan yang
akan menimbulkan nyeri; Teknik relaksasi dan imajinasi
3.
Farmakologis: pemberian analgesik,
anastesi lokal- regional-total.
6.
Cara
Mengukur Intensitas Nyeri
1. Menurut Hayward
(1975) mengembangkan sebuah alat ukur nyeri (Painometer) dengan kala
longitudinal yang pada salah satu ujungnya tercantum nilai 0 (untuk keadaan
tanpa nyeri) dan ujung lainnya nilai 10 (untuk kondisi nyeri paling hebat).
Untuk mengukurnya, penderita memilih salah satu bilangan yang menurutnya paling
menggambarkan pengalaman nyeri yang terakhir kali ia rasakan, dan nilai ini
dapat dicatat pada sebuah grafik yang dibuat menurut waktu. Intensitas nyeri
ini sifatnya subjektif dan dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat
kesadaran, konsentrasi, jumlah distraksi, tingkat aktifitas, dan harapan
keluarga.
Tabel Skala Nyeri Menurut Hayward (1975)
Skala
|
Keterangan
|
0
|
Tidak Nyeri
|
1-3
|
Nyeri Ringan
|
4-6
|
Nyeri Sedang
|
7-9
|
Sangat Nyeri, tetapi masih dapat
dikontrol dengan aktifitas yang biasa dilakukan
|
10
|
Sangat Nyeri dan tidak bisa
dikontrol
|
2. Skala Nyeri menurut McGill (McGill Scale), mengukur
intensitas nyeri dengan menggunakan lima angka yaitu:
Skala
|
Keterangan
|
0
|
Tidak Nyeri
|
1
|
Nyeri Ringan
|
2
|
Nyeri Sedang
|
3
|
Nyeri Berat
|
4
|
Nyeri Sangat Berat
|
5
|
Nyeri Hebat
|
3. Menurut Wong-Baker
FACES Rating Scale
Ekspresi
Nyeri
Model skala nyeri tersebut ditujukan untuk klien yang tidak
mampu menyatakan intensitas nyerinya melalui skala angka. Ini termasuk
anak-anak yang tidak mampu berkomunikasi secara verbal dan lansia yang
mengalami gangguan kognitif dan komunikasi.
4. Tata
Laksana Nyeri - Suzan Schneeweiss
Penilaian
Nyeri
•
Riwayat nyeri : lokasi, intensitas,
kualitas, durasi, frekuensi, faktor pemburuk dan pereda.
•
Penilaian secara teratur dilakukan
menurut adanya nyeri dan derajat nyeri tersebut : melaporkan sendiri, observasi
perilaku, dan pengukuran fisiologik.
•
Pelaporan sendiri dianggap sebagai "gold standard".
o
Anak dapat melaporkan derajat nyeri
pada usia 3-4 tahun.
Anak berusia > 6 tahun dapat
memberi deskripsi terperinci mengenai intensitas, kualitas, dan lokasi nyeri.
Skala
Nyeri
FLACC
(Face, Activity, Cry, Consolability) - Muka,
Tungkai, Aktivitas, Tangisan,Ketenangan
•
Pada bayi dan anak berusia 2 bulan
hingga 7 tahun serta mengalami gangguan kognitif.
Skala Nyeri dengan kata-kata
•
Untuk anak berusia 3-7 tahun dan
lebih tua, anak yang tidak mampu menggunakan skala numerik.
•
Kategori : tidak nyeri, nyeri
sedikit, nyeri sedang, nyeri sekali.
Skala Peringkat Numerik
•
Untuk anak usia > 7 tahun
Aspek Psikologis Nyeri
•
Ketidakyakinan, kecemasan, dan takut
akan prosedur
•
Membayangkan nyeri yang akan dirasa
•
Pengalaman nyeri sebelumnya
•
Kecemasan orang tua.
Pendekatan Perilaku terhadap Nyeri
•
Hindari penggunaan istilah medis
•
Berbicaralah pada anak dengan bahasa
yang sesuai dengan usia mereka
•
Teknik mengalihkan perhatian :
ceritakan satu kisah, mainkan musik, gunakan mobil-mobilan selama prosedur
berlangsung
•
Penggunaan gambar-gambar.
Daftar
Pustaka
Potter & Perry : Foundamental of
Nursing Volume 2. Edisi 4. Tahun 2005
Schbeeweiss,
Suzan. 2008. Kegawatdaruratan Pediatri. Jakarta :EGC.
0 Komentar untuk "Konsep Dasar Kebutuhan Kenyamanan"